Lumut
- Definisi Lumut
Lumut merupakan kelompok tumbuhan nonvaskuler yang hidup di tempat-tempat lembab. James D. Mauseth (1998, h. 612) mengatakan bahwa tumbuhan nonvaskuler tidak tersusun dari filamen seperti kebanyakan alga, tetapi terdiri dari jaringan parenkim yang berasal dari meristem. Selanjutnya James Schooley (1997, h. 221) menambahkan bahwa tumbuhan lumut memiliki rizoid, tidak memiliki jaringan pengangkut seperi xilem dan floem, dan dapat menyerap air dari udara.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijabarkan bahwa lumut adalah kelompok tumbuhan tingkat rendah yang pada umumnya tidak memiliki berkas pembuluh angkut (nonvaskuler), tubuh terdiri dari jaringan parenkim dan memiliki rizoid sebagai akar semu.
Tumbuhan lumut mengalami pergiliran generasi gametofit dan sporofit. Neil A. Campbell dkk (2012, h. 172-173) menjelaskan bahwa:
“Gametofit merupakan tahap siklus hidup yang dominan, mereka lebih besar dan hidup lebih lama daripada sporofit, sporofit biasanya muncul hanya sebentar. Ketika spora briofit tersebar ke habitat yang menguntungkan, seperti tanah atau kulit kayu yang lembap, mereka dapat bergerminasi dan tumbuh menjadi gametofit…Gametofit- gametofit dewasa membentuk gametangia yang menghasilkan gamet- gamet dan gametofit-gametofit tersebut dilapisi oleh jaringan pelindung…Sporofit tetap melekat pada gametofit induk dan menyerap gula, asam amino, mineral, dan air dari sang induk.”
10
Gambar 2.1 Siklus Hidup Lumut Daun
Sumber : http://1.bp.blogspot.com/NdA1GyIZGgg/UOAiHNfBAfI/ AAAAAAAAIlU/qlAzvgnJ0Fc/s1600/Siklus-hidup-lumut-daun.jpg
1. Klasifikasi Tumbuhan Lumut
- Divisio Bryophyta
Kelompok tumbuhan lumut yang termasuk ke dalam diviso Bryophyta adalah yang paling banyak ditemukan di dunia. Hal ini selaras dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Budi Suhono (2012, h. 69) bahwasanya:
“Divisio ini memiliki sekitar 8000 jenis lumut yang banyak tersebar di
seluruh dunia terutama di daerah tropis. Jenis-jenis ini tumbuh di atas tanah,
batu, kayu-kayu lapuk, batang pepohonan dan tembok-tembok semen di tepian
saluran-saluran irigasi serta di cadas-cadas di sekitar air terjun atau tepian
sungai dan danau.
Kelompok tumbuhan lumut ini memiliki ciri tersendiri yang dapat dibedakan dengan tumbuhan lumut dari divisio Marchantiophyta dan Anthocerotophyta. Selanjutnya Neil A. Campbell, dkk (2012, h. 174) menambahkan:
“Gametofit lumut daun, dengan tinggi yang berkisar kurang dari 1 mm hingga lebih dari 2 m, biasanya memiliki tinggi kurang dari 15 cm pada kebanyakan spesies… Helai-helai „daun‟ biasanya hanya setebal satu sel, namun „dedaunan‟ yang lebih kompleks dengan tepian yang dilapisi oleh kutikula dapat ditemukan pada lumut daun tudung- berambut-biasa (Polytrichum) dan kerabat-kerabat dekatnya. Sporofit lumut daun biasanya memanjang dan dapat dilihat dengan mata telanjang, dengan tinggi hingga sekitar 20 cm.
Menurut Budi Suhono (2012, h. 69) Diviso Bryophyta terdiri atas 8 kelas yaitu: Takakiopsida, Sphagnopsida, Andreaeopsida, Andreaeobryopsida, Oedipodiopsida, Polytrichopsida, Tetrahidopsida, dan Bryopsida.
1) Kelas Sphagnopsida
Sphagnopsida memiliki satu bangsa yaitu Sphagnales dan satu suku yaitu Sphagniaceae. Suku Sphagniaceae hanya terdiri dari satu marga yaitu Sphagnum. Budi Suhono (2012, h. 70) menjelaskan bahwa :
“Morfologi lumut dari marga ini memiliki talus yang tumbuh merayap atau
tegak dengan percabangan yang tidak terlalu banyak. Percabangan terbentuk di
pangkal talus atau ujung talus. Daun berbentuk
lanset dengan warna hijau. Ujung daun lancip dengan letak daun melingkari
batang. Tumbuh dalam populasi besar. Bila mengalami kekeringan daun menjadi
putih kekuningan.
Menurut Budi Suhono (2012, h. 70) “Marga Sphagnum terdiri atas 151-350 spesies dengan penyebaran di Asia, Eropa, Amerika, serta Selandia Baru dan Kaledonia baru.” Selanjutnya Arthur Cronquist (1982,
h. 283); Neil A. Campbell dkk (2012, h. 175) mengatakan bahwa Sphagnum umumnya hidup di tempat lembab atau tempat basah beriklim dingin dan sering membentuk rawa gambut yang luas dengan endapan zat organik ekstensif yang sebagian terurai menjadi material organik. Contoh dari marga ini adalah Sphagnum gedeanum (endemik curug cibeureum, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango).
2) Kelas Polytrichopsida
Kelas Polytrichopsida hanya terdiri dari
satu bangsa, yaitu Polytrichales yang hanya memiliki satu suku yaitu
Polytrichaceae. Budi Suhono (2012, h. 75)
mengatakan bahwa spesies yang termasuk ke dalam kelas ini memiliki talus yang
jelas dengan daun-daun yang tumbuh melingkar berwarna hijau dengan bentuk
lanset, menjarum, seperti pita tipis dengan ujung runcing. Selanjutnya Neil A. Campbell dkk (2012, h. 174);
James D. Mauseth (1998, h. 616)
mengatakan bahwa lumut daun- tudung-berambut biasa (Polytrichum) memiliki „dedaunan‟ yang lebih kompleks dengan tepian yang dilapisi oleh kutikula, dan
tidak terdapat stomata pada „dedaunan‟ lumut
daun karena hanya terdiri dari satu lapis
sel (unistratose).
3) Kelas Bryopsida
Kelompok tumbuhan lumut yang termasuk ke dalam kelas ini sangat melimpah. Budi Suhono (2012, h. 80) mengatakan bahwa jumlah spesies dari kelas ini mencapai 11.500 dengan penyebaran di seluruh dunia. Tumbuhan dalam kelas ini bereproduksi dengan kapsul spora yang memiliki gigi berbuku disebut arthrodontus. Kelas Bryopsida terdiri dari bangsa Bartramiales (suku Bartramiaceae), Bryales (suku Bryaceae, Mniaceae, dan Racopilaceae), Orthotrichales (suku Orthotrichaceae, Rhizogoniales (suku Rhizogoniaceae), Hookeriales (suku Hypopterygiaceae), Hypnales (suku Cryphaeaceae, Hypnaceae, Meteoriaceae, Neckeraceae, Pterigynandraceae, Pterobryaceae, Sematophyllaceae, dan Thuidiaceae), Hypnodendrales (suku Hypnodendraceae), Ptychomniales (suku Ptychomniaceae), Dicranales (suku Dicranaceae, Fissidentaceae, dan Leucobryaceae).
a) Bangsa Bartramiales
- Suku Bartramiaceae
Budi Suhono (2012, h. 80) mengatakan
bahwa lumut dalam suku ini memiliki talus yang tumbuh merayap dan tegak dengan
panjang talus 0,3- 15 cm, daun berbentuk jarum atau lanset atau lanset meruncing
hingga memanjang, daun berwarna hijau dan memiliki tulang daun dibagian tengah,
kapsul spora ada yang mempunyai peristom dengan jumlah satu atau dua, semua
peristom memiliki 16 gigi dengan bagian atas bersatu atau
terlepas, peristom ada yang berlubang ada juga yang rapat, dan ada pula yang tidak memiliki peristom.
(2) Suku Mniaceae
Budi Suhono (2012, h. 90) mengatakan bahwa suku Mniaceae memiliki daun berwarna hijau dengan bentuk lanset atau lanset linier hingga lonjong dengan ujung meruncing atau membulat, tulang daun halus, kapsul spora berbentuk silindris dengan peristom ganda dan kaliptranya berupa tudung, spesies ini terdiri atas 13 marga yang tersebar di seluruh dunia terutama di daerah tropis dan subtropis mencakup Amerika Utara, Kanada, Eropa, Asia (Jepang, Cina, Taiwan, Indonesia), dan Australia.
(3) Suku Racopilaceae
Budi Suhono (2012, h. 93) mengatakan
bahwa lumut yang termasuk dalam suku ini adalah lumut dengan talus pipih yang
tumbuh merayap, percabangan pada talus pendek dan rapat, daun dimorfik dalam 4
baris dan berbentuk lonjong atau membulat, memiliki satu tulang daun, sel daun
berbentuk membulat atau segienam, kapsul spora berbentuk silinder dan membulat
dengan letak merunduk, peristom kapsul spora berjumlah ganda, seta memiliki
tinggi sekitar 2 cm, spora berukuran 13-15 µm.
b) Bangsa Orthotrichales
(1) Suku Orthotrichaceae
Budi Suhono (2012, h. 95) mengatakan bahwa suku ini terdiri atas 33 marga dengan 421 jenis yang tersebar dihampir seluruh dunia, morfologinya berupa lumut dengan talus tumbuh tegak atau merayap hingga merunduk, daun bulat atau lonjong berwarna hijau atau hijau kekuningan dengan bentuk mengeriting, panjang seta sekitar 1,2 – 2 cm dengan permukaan halus, kaliptra berukuran besar dan berambut atau gundul dengan bentuk tudung jarang berbentuk bulat.
c) Bangsa Rhizogoniales
(1) Suku Rhizogoniaceae
Budi Suhono (2012, h. 99) mengatakan bahwa lumut dalam suku ini memiliki talus tegak
atau merunduk hingga merayap, daun umumnya berukuran kecil dengan bentuk lanset atau jarum, letak daun melingkari
talus, kapsul spora berbentuk silinder dengan kaliptra berupa tudung yang memiliki paruh panjang, spora
berpilin dan berbintil halus, suku ini terdiri atas 5 marga dengan 20 jenis lumut yang tersebar di Amerika,
Afrika, Asia, dan Australia.
d) Bangsa Hookeriales
(1) Suku Hypopterygiaceae
Budi Suhono (2012, h. 101) mengatakan bahwa lumut dari suku ini memiliki talus berwarna hijau kecokelatan, talus pertama kuat terkadang merayap atau membentuk populasi yang besar, talus kedua dapat membentuk seperti pohon dengan percabangan yang rimbun dan banyak, daun dimorfik, daun dorsal atau lateral lebih besar dari daun ventral, daun tumbuh dalam dua baris, bentuk daun bulat telur atau lonjong hingga berbentuk lidah, terkadang dibatasi oleh sel-sel yang berbeda, tepi daun bergerigi atau bercangap atau bertakik, tulang daun tunggal, sel pada lembaran daun mengandung kloroplas dan berbentuk belah ketupat sampai segienam, suku ini terdiri atas 8 marga yang meliputi 107 spesies lumut.
e) Bangsa Hypnales
- Suku Cryphaeaceae
Budi Suhono (2012, h. 104) mengatakan
bahwa lumut dari suku ini memiliki talus yang umumnya tumbuh merayap dengan
panjang 3-10 cm, kapsul spora bertangkai pendek dan kapsul berbentuk lonjong,
kaliptra semi tudung, spora berpilin dengan permukaan yang bergranula atau
berbintl kecil, terkadang juga spora memiliki permukaan halus, terdapat sekitar
70 spesies yang termasuk ke dalam suku ini.
(2) Suku Hypnaceae
Budi Suhono (2012, h. 104) mengatakan bahwa suku ini terdiri atas 65 marga lumut yang tersebar di seluruh dunia, spesies tersebut tumbuh di bebatuan, kayu lapuk, batang pohon, dan tanah berhumus yang sejuk dan lembab.
(3) Suku Meteoriaceae
Budi Suhono (2012, h. 114) mengatakan bahwa lumut yang termasuk ke dalam suku ini memiliki talus tunggal atau berkelompok, percabangan banyak terjadi dibagian pangkal talus, daun berwarna hijau, sel lembaran daun berbentuk garis atau belah ketupat, panjang seta 0,1 – 3 cm, kapsul spora berbentuk lonjong dan silindris terkadang membulat, kapsul spora tegak atau merunduk, kaliptra gundul atau berambut, suku ini terdiri atas 25 marga dengan penyebaran di seluruh dunia terutama dibagian selatan.
(4) Suku Neckeraceae
Budi Suhono (2012, h. 127) mengatakan bahwa lumut dalam suku ini memiliki talus utama
berbentuk tegak merayap dan menggelantung, terkadang terdapat percabangan di
sisi lateral talus, daun berbentuk lonjong atau lonjong agak bulat atau lonjong
dengan sedikit segitiga, sementara itu pada percabangan berbentuk lanset atau
membulat atau memanjang dengan pangkal membulat atau lancip, ujung daun membulat atau lancip, tepi daun
rata atau bergerigi atau bertakik, seta berukuran
pendek dengan kapsul spora lonjong atau silindris dengan posisi tegak atau merunduk dan memiliki permukaan halus, operkulum pendek, peristom ganda dengan 16 gigi pada bagian luar serta permukaan berbinil atau halus, kaliptra berupa tudung dengan permukaan halu dan tak berambut, spora berpilin biasanya permukaannya berbintil, suku ini terdiri atas 33 marga yang meliputi sekitar 300 spesies dengan penyebaran meliputi Asia Tenggara (Indonesia), Australia, Afrika, Kaledonia Baru, dan Amerika.
(5) Suku Pterobryaceae
Budi Suhono (2012, h. 135) mengatakan bahwa morfologi lumut
dari suku ini memiliki panjang 0,2 – 6 cm, talus
tumbuh merayap atau berdiri, pada talus tumbuh daun dengan bentuk tunggal, daun
tumbuh mengelilingi talus atau talus bercabang dengan daun-daun yang tumbuh
seolah-olah mirip daun majemuk, daun berwarna hijau dengan ukuran kecil yaitu
1-4 mm atau 1-2 mm, bentuk daun ada
yang mirip sisik atau lonjong dengan ujung lancip atau membulat dengan ujung
tumpul atau agak seperti garis, lembaran daun bergelombang, tulang daun tunggal
atau ganda dengan panjang hanya setengah lembaran daun atau sampai ke ujung,
tangkai kapsul spora berwarna cokelat kemerahan dengan panjang 3-12 mm, kapsul
spora berwarna cokelat kemerahan dengan bentuk silindris atau agak membulat,
kaliptra berbentuk tudung, suku ini terdiri atas 16-25 marga dengan penyebaran
di seluruh dunia.
(6) Suku Sematophyllaceae
Budi Suhono (2012, h. 143) mengatakan bahwa lumut dalam suku ini memiliki daun berbentuk lanset atau membulat hingga lonjong dengan ujung lancip atau tumpul, tepi daun ada yang bergelombang atau bertakik hingga bergerigi, urat daun tidak ada atau dalam jumlah ganda hingga tunggal, sel pada lembaran daun membulat atau berbentuk belah ketupat atau garis, kapsul spora berbentuk bulat telur atau lonjong dengan permukaan halus dan tidak berambut, kapsul spora merunduk atau merunduk horizontal, kaliptra simetris dengan satu sisi terpotong, suku ini terdiri atas 54 marga yang tersebar di daerah tropis dan subtropis.
(7) Suku Thuidiaceae
Budi Suhono (2012, h. 151) mengatakan
bahwa lumut dalam suku ini memiliki talus tegak atau merayap, daun memiliki
urat daun ganda atau tunggal, kaliptra berbentuk simetris yang terpotong di
salah satu bagian, kapsul memiliki peristom ganda, tangkai kapsul spora panjang
dan berwarna kemerahan, kapsul spora memiliki anulus, suku ini terdiri atas 30
marga dengan 304 spesies yang tersebar di seluruh dunia kecuali di daerah
ekstrem di Antartika dan Arktika.
f) Bangsa Hypnodendrales
(1) Suku Hypnodendraceae
Budi Suhono (2012, h. 155) mengatakan bahwa lumut dalam suku ini memiliki daun berbentuk lonjong atau lonjong membulat atau lonjong dengan sedikit berbentuk segitiga, tulang daun kaku dan kuat, terkadang juga berduri pada bagian bawah atau di ujung daun, bentuk sel berupa garis dengan sel alar yang terkadang terdiferensiasi, tepi daun ada yang bergerigi atau bertakik atau rata, kapsul spora berbentuk lonjong dengan posisi tegak atau merunduk atau menggantung, tangkai kapsul spora berwarna kemerahan dengan permukaan halus, operkulum tampak mirip tudung dengan paruh dan terdapat peristom ganda, kaliptra berbentuk tudung serta berpermukaan halus tidak berambut, suku ini terdiri atas 8 marga yang memiliki penyebaran di daerah tropis dan subtropis khususnya dibagian selatan.
g) Bangsa Dicranales
- Suku Dicranaceae
Budi Suhono (2012, h. 163) mengatakan
bahwa lumut yang termasuk ke dalam suku ini memiliki talus yang tumbuh tegak
atau tumbuh sederhana dengan 2 percabangan atau terkadang keluar percabangan
secara acak, daun berbentuk lonjong atau lanset atau bulat telur hingga
menjarum dengan ujung runcing, daun tumbuh melingkari talus, tulang daun
tunggal dan kaku, tangkai spora berupa batang melengkung atau meliuk dan
tumbuh tegak, kapsul spora berbentuk lonjong atau membulat atau silindris ramping atau sedikit meliuk, permukaan kapsul spora halus atau bergerigi atau berbintil kasar, operkulum berbentuk tudung, peristom biasanya memiliki 16 gigi berbentuk lanset, kaliptra berupa tudung dengan permukaan halus tak berambut, spora umumnya berulir dengan permukaan yang halus atau berpapila, suku ini terdiri atas 41 marga dengan penyebaran di seluruh dunia.
(2) Suku Fissidentaceae
Budi Suhono (2012, h. 173) mengatakan bahwa spesies lumut yang masuk dalam suku ini memiliki sosok kecil tetapi adapula yang tumbuh rimbun, talus tumbuh tegak atau merambat hingga agak merunduk, letak daun bersebrangan atau melingkari talusnya, terkadang talus ditumbuhi oleh dua deret daun, tulang daun tunggal, suku ini memiliki sekitar 578 spesies lumut yang tumbuh di batuan, tanah, atau batang pepohonan.
(3) Suku Leucobryaceae
Budi Suhono (2012, h. 177) mengatakan bahwa lumut dalam suku ini memiliki daun berupa
lembaran tebal dengan tulang daun memanjang sampai ujung, tulang daun terdiri
atas 2 jaringan, daun berbentuk lanset atau
agak menggaris yang tumbuh dari bagian bawah talus, spora berbentuk berpilin,
tangkai kapsul spora (seta) lurus dan tumbuh dari
terminal talus, kapsul spora tegak atau merunduk
dengan bentuk simetris
atau asimetris, operkulum berparuh panjang, terkadang terdapat anulus, peristom bergigi 8-16 atau terbagi setengah dari panjangnya, kaliptra berbentuk tudung dengan permukaan halus, suku ini terdiri atas 13 marga dengan penyebaran di seluruh dunia, terdapat sekitar 155 spesies lumut.
b. Divisio Marchantiophyta
Marchantiophyta (liverworts) merupakan kelompok tumbuhan lumut yang pada umumnya memiliki bentuk tubuh seperti hati. Schooley (1997,
h. 221) mengatakan bahwa gametofit terdiri dati talus yang bercabang dengan lebar 2 cm dan panjang 4-6 cm, fase sporofit berukuran mikroskopis.
1) Kelas Haplomitriopsida
Kelas Haplomitriopsida memiliki satu
bangsa yaitu Haplomitriales (suku: Haplomitriacea). Budi Suhono (2012, h. 30)
mengatakan bahwa kelas lumut Haplomitriopsida baru dikenal dan merupakan
kelompok monofiletik berdasarkan analisis kladistik dari inti sel, mitkondria,
dan gen plastidnya. Terdiri atas 3 marga dengan 15 spesies lumut yang tersebar
di daerah tropis dan subtropis di bumu belahan selatan. Contoh spesies: Haplomitrium mniodes.
2) Kelas Jungermanniaopsida
Tumbuhan lumut yang masuk kedalam kelas ini terdiri dari dua bangsa yaitu Metzgeriales dan Jungermaniales. Budi Suhono (2012, h. 35) mengataka bahwa spesies dikelas ini berupa lumut hati dengan talus sederhana.
Bangsa Metzgeriales terdiri dari beberapa suku diantaranya, Allisoniaceae, Aneuraceae, Calyculariaceae, Fossombroniaceae, Hymenophytaceae, Makinoaceae, Metzgeriaceae, Mizutaniacea, Moerckiaceae, Pallaviciniaceae, Pelliaceae, Petalophyllaceae, dan Sandeothallaceae. Sedangkan bangsa Jungermanniales terdiri atas suku Balantiopsidaceae, Geocalycaceae, Jungermanniaceae, Lejeuneaceae, Lepidoziaceae, Lophocoleaceae, Plagiochilaceae, dan Trichocoleaceae.
a) Bangsa Metzgeriales
(1) Suku Pallaviciniaceae
Budi Suhono (2012, h. 39) mengatakan
bahwa suku ini terdiri atas 8 marga yang memiliki penyebaran di seluruh dunia
kecuali Antartika, spesies dalam suku ini memiliki talus sederhana, talus
memiliki urat dibagian tengah yang tebal dengan warna gelap, spesies lumut hati
yang termasuk ke dalam suku ini melimpah di benua Asia dan Australia.
b) Bangsa Jungermanniales
- Suku Jungermanniaceae
Budi Suhono (2012, h. 44) mengatakan bahwa suku ini terdiri atas 5 marga yang tersebar di daerah beriklim sedang, sebagian kecil tumbuh di daerah tropis, talus tumbuh membulat dan silindris yang ditumbuhi oleh 2 atau 3 baris daun dengan lembaran tipis berwarna hijau, daun tumbuh merunduk atau merebah, lembaran daun tidak berlubang dan tumbuh secara penuh sepanjang talus, percabangan terjadi pada talus bagian atas dan tidak bercabang pada bagian bawah, rizoid tersebar merata di sepanjang talus.
(2) Suku Lejeuneaceae
Budi Suhono (2012, h. 46) mengatakan bahwa lumut hati yang termasuk ke dalam suku ini tersebar di seluruh dunia, terdiri atas 94 marga dan memiliki sekitar 1600 spesies, kelompok lumut hati yang merupakan anggota terbanyak di dalam divisi Marchantiophyta, lumut hati ini memiliki daun-daun kecil yang tumbuh berderet di sisi kiri dan kanan talus.
(3) Suku Plagiochilaceae
Budi Suhono (2012, h. 53) mengatakan bahwa suku ini memiliki
talus berupa batang dengan bentuk membulat dan silindris, ujung daun bertakik, spesies
dari suku ini banyak ditemukan di atas tanah, batuan, batang
pohon, dan di daerah lembab lainnya, suku ini terdiri atas 10 marga dengan penyebaran di seluruh dunia.
3) Kelas Marchantiopsida
Kelas Marchantiopsida terdiri atas tiga bangsa yaitu Blasiales, Marchantiales, dan Sphaerocharpales. Budi Suhono (2012, h. 56) mengatakan bahwa bangsa Blasiales awalnya masuk ke dalam bangsa Metzgeriales tapi berdasarkan penelitian berdasarkan analisis kladistik dengan sekuen DNA kemudian dipisahkan. Bangsa Marchantiales terdiri atas spesies lumut hati dengan talus yang kompleks umumnya talus berupa lembaran. Bangsa Sphaerocarpales dikenal juga sebagai lumut hati botol, spesies lumut ini tidak memiliki sel elater, tangkai seta pendek, serta ada selubung pada anteria dan arkegonia.
Bangsa Blasiales hanya terdiri dari satu suku yaitu Blasiaceae, bangsa Sphaerocarpales terdiri dari suku Sphaerocarpaceae, Riellaceae, dan Naiaditaceae. Bangsa Marchantiales terdiri dari suku Marchantiaceae, Ricciaceae, dan Wiesnerellaceae.
c. Divisio Anthocerotophyta
Anthocerotophyta merupakan kelompok
tumbuhan lumut yang memiliki sporofit memanjang dengan ujung runcing. Neil A.
Campbell, dkk (2012, h. 174) mengatakan bahwa sporofit biasanya
dapat tumbuh setinggi 5 cm, tidak
memiliki seta dan hanya terdiri atas sporangium.
Sedangkan gametofit biasanya berdiameter 1-2 cm tumbuh secara horizontal dan seringkali dilekati oleh sporofit majemuk.
1) Kelas Leiosporocerotopsida
Kelas Leiosporocerotopsida hanya terdiri atas satu suku yaitu Leiosporocerotales (suku Leiosporocerotaceae). Contoh spesies Leiosporoceros dussii.
2) Kelas Anthocerotopsida
Kelas Anthocerotopsida terdiri dari 4 bangsa yaitu Anthocerotales (suku Anthocerotaceae), Dendrocerotales (Dendrocerotaceae), Notothyladales (suku Notothyladaceae), dan Phymatocerotales (suku Phymatocerotaceae). Budi Suhono (2012, h. 4) mengatakan bahwa seluruh spesies lumut tanduk yang termasuk ke dalam kelas ini umum ditemui di tanah lapang. Spesies dari kelas ini memiliki spora yang segiempat, dan beberapa di antaranya terdapat spora berhiasan dan kasar.
Struktur Buah dan Biji
2.1 Histologi Buah
Penyerbukan, diikuti dengan pertumbuhan pembuluh sari dan pembuahan, mempengaruhi pertumbuhan buah. Jika penyerbukan tidak dapat terjadi, maka bunga akan gugur (pada kasus yang jarang). Meskipun demikian, program perkembangan dari ekspresi gen untuk pertumbuhan buah sudah mulai terbentuk dengan baik mendahului dari biologi bunga.
Primordia mungkin mulai diaktifkan 6 bulan sebelum bunga terbuka dan perkembangan ovarium terus berlanjut selama masa pertumbuhan bunga dengan jaringan ovarium yang terbentuk dengan lambat pada proses ini. Sebagai bagian dari hasil tersebut, Homologi dari daun dan tangkai daun adalah penting dan jelas di banyak buah 9 Gillaspy et al, 1993). Kelopak daun menunjukkan lembaran sel, stomata, dan kloroplas.
Istilah umum ‘buah’ mencakup susunan struktur yang luas, semua struktur tersebut mendukung dan melindungi biji, akan tetapi dimana variasi bagian yang kemudian dikembangkan dari pembuahan asli pada bunga memiliki variasi khusus tersendiri. Pada bentuk paling sederhana, dinding ovarium berkembang terus bersama biji, dan bersamaan dengan perkembangan mereka, dinding ovarium akan mengering dan menjadi buah/polong (legume) atau kapsul (poppy). Pada (Daging buah khusus) lainnya, struktur utama dapat timbul lebih berkembang dari bagian khusus dari bagian asli bunga. Hal tersebut termasuk dalam dinding ovarium atau sumbu utama, wadah yang dapat mendukung anther dan ovarium, atau bahkan mahkota bunga dan kelopak daun, pada hubungan secara morfologi, buah adalah struktur yang dikembangkan dari pembuahan atau rangsangan ovul, dtambah hubungan antara bagian bunga yang berasal dari induk tanaman.
Secara mekanis, buah adalah satu bagian unit yang terdiri dari biji dan jaringan yang saling berhubungan, kemudian berkembang menjadi satu bagian/tubuh. Deskripsi secara luasnya, buah terdiri dari struktur yang berasal dari satu ovarium (contoh sederhananya adalah buah apel, apokat, dan mangga) dan demikian juga dengan gabungan beberapa buah yang tersusun dari beberapa ovarium yang terpisah dan bersatu (kumpulan buah seperti blackberry dan cherimoya) atau beberapa bunga terpisah yang berkumpul ke dalam satu struktur (nanas dan breadfruit).
Selama perkembangan buah, dinding bakal buah menjadi pericarp : kering seperti polong-polongan, seperti tanaman gandum, atau berdaging seperto berry (anggur). Tiga perbedaan lapisan morfologi terbentuk dan berkembang menjadi variasi tingkat : eksocarp (kulit buah), mesocarp (daging buah), dan endocarp (lapisan dalam sel)
Eksokarp akan berkembang menjadi kutikula dan mungkin menunjukkan cirri cirri morfoloi yang bervariasi seperti rambut kasar pada buah kiwi dan rambut rambut halus pada buah peach/persik. Kulit buah dan kutikula membatasi pertukaran gas dan menetukan penampilan umum dari buah yang matang. Sebagian besar kutikula mempunyai kekedapan yang sangat tinggi untuk gas, sehingga uap air, oksigen, dan karbondioksida terutama menyebar melalui stomata atau lentisel lain atau dengan aliran massa melalui rongga pada kelopak bunga dan tangkai buah.
Jaringan mesokarp selalu mewakili bagian berdaging pada buah dan umumnya mengandung kloroplas dan zat pati. Pada buah berdaging seperti berry (tomat, kiwi, dan anggur), jaringan ini secara khas terdiri dari sel parenkim besar dan berisi jaringan pembuluh utama.
Endokarp adalah bagian yang kurang umum, tapi secara khas berkembang menjadi selubung yang tebal dan kuat mengelilingi biji seperti pada buah persik, apricot, atau macadamia.
Sebuah bakal buah mendapatkan rangsangan dengan beberapa cara agar pertumbuhan buah terjadi yang secara normal dilakukan dengan penyerbukan dan pembuhan. Hormon giberelin dan auksin mempunya peran sebagai stimulus dalam penyerbukan dan produksi hormon oleh bakal buah yang telah dibuahi menjadi stimulant penting untuk perkembangan buah (de jong et al, 2009)
Kesimpulannya, keseimbangan yang baik dari aplikasi alat alat pertumbuhan untuk buah tanpa penyerbukan dapat menghasilkan buah dan penggunaan giberelin GA4 dan GA7 sangat efektif untuk mendesain apel tanpa biji. Sebaliknya, Buah tanpa biji sangat langka terjadi pada buah kiwi, meskipun aplikasi berulang dari NAA (naphthaleneacetid acid) dengan BA (benzyladenina) serta giberelin telah sukses dilakukan. Pada beberapa hasil menunjukkan bahwa pada pertumbuhan -sendiri atau kombinasi-dapat memicu pembelahan sel pada ovarium dan jaringan terkait yang akhirnya menjadi buah.
Buah tanpa biji telah muncul melalui seleksi genotip oleh manusia yang mana ovarium/bakal buah memproduksi persediaan cukup untuk alat pertumbuhan tanpa rangsangan dari perkecambahan serbuk sari dan perkembangan biji (pisang triploid), atau dimana pembuahan diikuti dengan pengguguran biji (stenospermocarpic yang menghasilkan anggir sultana). Dengan tanpa terjadinya penyerbukan, tingkat endogen hormone seperti auksin dan giberelin biasanya turun drastis. (de jong et al, 2009) dan bunga atau fruitlets berhenti tumbuh.
Struktur terdiri dari epicarpium(luar),mesocarpium(tengah),dan endocarpium( dalam ).
2.2 Histologi Dinding Biji
Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan di
dalamnya mengandung calon individu baru, yaitu lembaga. Lembaga akan terjadi
setelah terjadi penyerbukan atau persarian yang diikuti oleh pembuahan.
Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji
(ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Dari sudut pandang evolusi,
biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat
bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan. Bagian-
bagian biji meliputi :
a. Kulit Biji (Testa)
Kulit biji terletak paling luar. Testa berasal dari intergumen ovule yang mengalami modifikasi selama pembentukan biji berlangsung. Seluruh bagian intergumen dapat berperan dalam pembentukan kulit biji. Akan tetapi pada kebanyakan biji sebagian besar dari jaringan intergumen itu dihancurkan dan diserap oleh jaringan berkembang lain pada biji itu. Pada kulit biji beberapa tumbuhan dapat dijumpai suatu lapisan sel memanjang secara radial, yang menyerupai palisade tetapi tanpa ruang – ruang interseluler yang dinamakan sel malpighi. Lapisan itu terdiri atas selulosa, lignin dan juga kitin. Lapisan testa terdiri dari :
- Sarkotesta : Lapisan terluar
- Sklerotesta : Lapisan bagian tengah, tebal dan keras
- Endotesta : Lapisan terdalam, selaput tipis & berdaging
Ada bagian-bagian yang sering menyertai permukaan biji, yang pada masing-masing biji mempunyai bagian yang berbeda. Bagian-bagian itu adalah:
- Sayap (Ala)Merupakan pelebaran dari kulit luar sehingga membentuk sayap.
- Bulu (Coma)Merupakan penonjolan sel-sel kulit luar biji yang berupa rambut-rambut halus.
- Salut Biji (Arillus)Merupakan pertumbuhan dari tali pusar.
- Salut Biji Semu (Arillodium)Merupakan pertumbuhan di sekitar liang bakal biji (Microphyle).
- Pusar Biji (Hilus)Merupakan berkas perlekatan dengan tali pusar.
- Liang Biji (Microphyle)Liang kecil berkas masuknya buluh serbuk sari kedalam bakal biji pada peristiwa pembuahan. Tepi liang ini sering tumbuh menjadi badan berwarna keputih-putihan dan lunak yang disebut karankula.
- Berkas-Berkas Pembuluh Pengangkutan (Chalaza)Merupakan tempat pertemuan antara intergumen dengan nukleus.
- Tulang Biji(Raphe)Terusan tali pusar pada biji. Biasanya terdapat pada biji yang berasal dari bakal biji.
Bagian biji dikotil
- Selubung biji : merupakan selaput tipis yang akan melindungi biji dari kerusakan fisik dan mencegah penguapan air yang berlebihan
- Kotiledon : merupakan bagian biji yang paling besar dan berisi cadangan makanan bagi embrio
- Embrio : merupakan calon tumbuhan baru yang menyatukan dua kotiledon yang terpisah, embrio memiliki bagian yang menempel pada kotiledon disebut dengan poros embrio
- Epikotil : merupakan bagian embrio yang terletak di atas poros embrio
- Plumula : merupakan calon daun pada embrio yang terletak di ujung epikotil
- Hipokotil : merupakan bagian embrio yang terletak di bawah poros embrio
- Radikula : merupakan calon akar pada embrio yang terletak di ujung hipokotil
Bagian biji monokotil
- Endosperma : merupakan bagian terbesar dari biji monokotil yang fungsinya sebagai cadangan makanan bagi embrio
- Skutelum : merupakan modifikasi dari kotiledon yang membentuk struktur khusus dan berfungsi menyerap makanan dari endosperma untuk diberikan pada embrio
- Embrio : merupakan calon tumbuhan baru
- Plumula : merupakan ujung atas embrio yang akan berkembang menjadi daun
- Koleoptil : merupakan struktur yang berfungsi untuk melindungi plumula
- Radikula : merupakan ujung bawah embrio yang akan berkembang menjadi akar.
- Koleorhiza : merupakan struktur yang berfungsi untuk melindungi radikula
2.3 Struktur Buah
- Struktur Morpologi Buah
1) Monokotil : Keras, licin, bulat, dan mempunyai warna hijau & kuning. Contoh, buah kelapa.
2) Dikotil : Tidak keras, licin, lonjong, dan mempunyai warna hijau & kuning. Contoh, buah mangga.
- Struktur Anatomi Buah
1) Monokotil : Epikarp, mesocarp, dan endokarp.
2) Dikotil : Epikarp, mesocarp, dan endokarp.
Pada umumnya buah berkembang dari bagian alat kelamin betina (putik) yang disebut bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang lengkap tersusun atas biji, daging buah, dan kulit buah. Kulit buah yang masih mudah belum mengalami pemisahan jaringan. Setelah masak, kulit buah ada yang dapat dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu epikarp, mesokarp, dan endokarp.
1) Epikarp merupakan lapisan luar yang keras dan tidak tembus air, misalnya buah kelapa.
2) Mesokarp merupakan lapisan yang tebal dan berserabut, misalnya bersabut (kelapa), berdaging (mangga dan pepaya).
3) Endokarp merupakan lapisan paling dalam yang tersusun atas lapisan sel yang sangat keras dan tebal, misalnya tempurung (kelapa), berupa selaput tipis (rambutan).
2.4 Struktur Biji
a. Struktur morfologi Biji
Biji merupakan struktur yang efisien untuk perkembangbiakan dan perbanyakan. Biji berasal dari bakal biji yang berkembang setelah mengalamipembuahan. Ada beberapa macam tipe bakal biji, yaitu orthotropous bila mikropil terletak di bagian atas, sedangkan hilumnya di bagian bawah; amphitropous, yaitu bakal biji yang tangkai bijinya membengkok sehingga ujung bakal biji dan tangkai dasarnya berdekatan satu sama lain. Anatropous, yaitu bakal biji yang mempunyai mikropil membengkok sekitar 180o, dan campylotropous, yaitu bakal biji yang membengkok 90o sehingga tali pusar tampak melekat pada bagian samping bakal biji.
Biji mempunyai bentuk yang bermacam-macam, misalnya menyudut, ginjal, bulat, memanjang, bulat telur dan lain-lain. Bentuk biji yang unik dijumpai pada genjer yang mempunyai biji, seperti ladam, dan senggani yang mempunyai bentuk biji, seperti rumah siput.
Permukaan kulit luar biji bermacam-macam, ada yang halus, kasar, berkutil, berduri dan sebagainya. Ini dapat dijumpai pada tumbuh-tumbuhan yang tergolong gulma.Bagian-bagian biji terdiri atas :
- Kulit biji (Spermadermis), Kulit biji pada tumbuhan ada yang terdiri atas dua lapis, ada juga yang tiga lapis.
- Inti biji (Nucleus seminis), Inti biji terdiri atas embrio dan cadangan makanan.
- Tali pusat (Funiculus), Tali pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan plasenta.
Pada kulit biji dapat dijumpai bagian-bagian, seperti sayap, bulu, salut biji, pusar biji, liang biji, berkas pembuluh pengangkut, tulang biji, carunle, dan strophiole.
b. Struktur Anatomi Biji
1. Kotiledon, cadangan makanan embrio
2. Plumula, berdeferensiasi menjadi bakal daun
3. Radikula, bakal calon akar
4. Epikotil, bakal batang yang berada di atas kotiledon
5. Hipokoti, bakal batang yang berada di bawah kotledon
6. Skutelum, permukaan keras
7. Testa, pelindung biji
2.5 Pembentukan Dan Morfologi Buah Secarah Umum
Pada pembentukan buah, ada kalanya bagian bungan selain bakal buah ikut dan merupakn suatu bagian buah, sedangkan umumnya segera setelah terjadi penyerbukan dan pembuahn bagian-bagian bunga selain bakal buah segera menjadi layu dan gugur. Dengan putik sendiri dengan tegas disebut hanya bakal buahnya, karena biasanya tangkai dan kepala putiknya gugur pula seperti halnya dengan bagian-bagian yang lain. Bagian-bagian bunga yang kadang-kadang tidak gugurm melinkan ikut tumbuh dan tinggal pada buah, biasanya tidak ikut mengubah bentuk dan sifar buah itu sendiri, jadi tidak merupakan suatu bagian buah yang penting, misalanya :
- Daun-daun pelindung. Pada tanaman jagung daun-daun pelindung bunga betina tidak gugur dan lebih kita kenal sebagai pembungkus tongkol jagung.
- Daun-daun kelopak. Pada terong dan jambu, masih dapat kita lihat kelopakikut pada bagian buah.
- Tangkai kepala putik. Juga bagian ini sering tinggal pada buah, misalnya jagung yangkita kenal sebagai rambut jagung, juga pada macam-macam jambu masih terlihat tangkai kepala putik di bagian ujung buah.
- Kepala putik. Buah yang masih mendukung kepala putik ialah buah manggis, yang sekaligus dapat pula menunjukan jumlah daun dan jumlah ruangan dalam buah manggis.Buah yang semata-mata terbentuk dari bakal buah atau paling banyak padanya terdapat sisa-sisa bagian bunga yang lazimnya telah gugur itu, umumnya merupakan buah yang tidak terbungkus, jadi merupakan buah yang tekanjang (fruktus nodus). Buah ini juga dinamakan sebagai buah sejati atau buah sungguh.
Dalam pembicaraan sehari-hari buahnya benar seringkali tidak dikenal lagi. Apa yang dinamakan bututuahnya justru bagian bunga yang telah berubah sedemikian rupa, sehingga menjadi bagian buah yang penting. Bauh yang demikian dinamakan buah palsu atau buah semu (frutus spurius). Pada buah semu buah yang seseungguhnya seringkali tidak terlihat, karena itu buah semu juga dinamakan sebagai buah tertutup (frutus calusus).Pada umumnya buah hanya terbentuk sesudah terjadi penyerbuakan dan pembuahan pada bunga. Walaupun demikian mungkin pula terbentuk tanpa penyerbukan dan pembuahan, peristiwa yang demikian tersebut dinamakan partenokarpi (parthenocorpy). Buah yang terjadi seperti ini biasanya tidak mengadung biji atau jika ada bijinya tidak megandung lembaga, jadi bijinya tidak dapat dijadikan sebagai alat perkembangbiyakan. Pembentukan buah dengancarai ini lazim kita temui pada pohon pisang (Musa paradisiaca L.)
Buah (fructus) adalah salah satu bagain dari tumbuhan atau tanaman yang paling ditunggu-tunggu oleh para petani untuk di ambil hasilnya, terutama untuk petani-petani penghasil komoditi buah-buahan. Sebelum mendapatkan buah atau hasil dari sebuah tananaman biasanya kita mengenal istilah penyerbukan atau peristiwa jatuhnya serbuk sari ke kepala putik.Setelah penyerbukan terjadi pada bunga dan kemudian akan di ikuti pula oleh pembuahan, maka bakal buah akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji yang terdapat pada bakal buah akan tumbuh menjadi bakal biji.Pada pembentukan buah, ada kalanya bagian bungan selain bakal buah ikut dan merupakn suatu bagian buah, sedangkan umumnya segera setelah terjadi penyerbukan dan pembuahn bagian-bagian bunga selain bakal buah segera menjadi layu dan gugur. Dengan putik sendiri dengan tegas disebut hanya bakal buahnya, karena biasanya tangkai dan kepala putiknya gugur pula seperti halnya dengan bagian-bagian yang lain.Biji (semen) bagi tumbuhan Spermatophyta, biji ini merupakan alat untuk perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru (lembaga). Denga dihasilkanya biji, tumbuhan dapat mempertahankan jenisnya dan dapat pula terpencar ke lain tempat. Semula biji itu duduk pada suatu tangkai yang keluar dari papan biji atau tembuni (plancenta). Tangkai pendukung biji itu di sebut tali pusar (funiculus). Bagian biji tempat pelekatan tali pusar dinamakan pusar biji (hilus). Jika biji sudah masak maka tali pusarnya akan terputus, sehingga biji terlepas dari tembuninya. Bekas tali pusar umumnya akan nampak jelas pada biji.
2.6 Penggolongan Buah
a) Penggolongan Buah Berdasarkan Habitat Tumbuhnya
Berdasarkan habitat atau tempat tumbuhnya tanaman buah tersebut maka buah-buahan di golongkan menjadi 2 yaitu :
- Buah Tropis
Contoh buah-buahan tropis adalah : apokat, mangga, duku, pisang, kedondong dan nanas.
- Buah Sub-Tropis
Contoh buah sub-tropis antara lain adalah : anggur, apel, blueberry, cranberry dan pear.
- Penggolongan Buah Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asal muasal terbentuknya buah tersebut maka buah-buahan di golongkan menjadi 3 jenis yaitu :
- Buah Tunggal atau Buah Sejati
- Buah Aggregat atau Buah Ganda
- Buah Majemuk
- Penggolongan Buah Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifat yang dimiliki oleh buah tersebut, para ahli membagi buah-buahan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Buah Berdaging
Yang dimaksud dengan buah berdaging yang disebut juga sebagai buah tunggal berdaging adalah buah yang sebagian atau seluruh dinding buahnya berdaging dan pada umumnya tidak membuka saat telah matang, contoh buah berdaging antara lain adalah rambutan, cabai, jeruk, mangga dan kurma. Buah berdaging tersebut dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
- Buah Beri
- Buah Drupa
- Buah Pome
2. Buah Kering
Yang dimaksud dengan buah kering yang juga dikenal sebagai buah tunggal kering adalah buah yang ketika memasuki tahap matang menjadi keras seperti kulit namun tipis seperti kertas, contoh buah kering antara lain adalah kemiri dan kacang tanah.Buah kering terbagi menjadi 5 yaitu :
- Buah Achene
- Buah Cariopsis
- Buah Samara
- Buah Nut
- Buah Kapsul
2.7 Buah Semu
Buah semu atau buah tertutup adalah, yaitu jika buah itu terbentuk dari bakal buah beserta bagian-bagian lain pada bunga itu yang malahan menjadi bagian utama buah ini (lebih besar, lebih menarik perhatian dan seringkali merupakan bagian buah yang bermanfaat dapat dimakan) sedang buah yang sesungguhnya kadang-kadang tersembunyi.
Buah semu atau sering juga disebut buah tertutup yaitu jioka buah itu terbentuk dari bakal buah beserta bagian – bagian lain pada bunga itu, yang malahan menjadi bagian utama buah ini (lebih besar, menrik perhatian, dan seringkali merupakan bagian buah yang bermanfaat atau dapat dimakan), sedangkan buah yang sebenarnya kadang – kadang tersembunyi.
a). Proses terbentuk buah semu
Jika penyerbukan pada bunga telah terjadi dan kemudian diikuti pula dengan pembuahan maka bakal buah akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji yang terdapat di dalam bakal buah akan tumbuh menjadi biji.
Pada pembentukan buah adakalanya bagian bunga selain bakal buah ikut tumbuh dan merupakan suatu bagian buah, sedang umumnya segera setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan, bagian – bagian bunga selain bakal buah segera layu dan gugur. Tapi pada buah semu bagian bunga tersebut ikut tumbuh dan membesar sehingga bagian yang membesar tersebut disebut buah padahal sebenarnya bukan buah. Buah yang seperti itu disebut buah semu.
b). Buah semu tunggal
Buah semu tunggal yaitu, Buah semu yang terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah. Pada buah ini, selain bakal buah ada bagian lain bunga yang ikut membentuk buah, misalnya:
1. tangkai bunga, pada buah jambu mete ( anacardium oc. Cidentale L.), pada prosesnya buah ini berkembang akan tetapi tangkai bunga pada buah mete ikut tumbuh dan membesar serta berdaging tebal dan bagian tebal itu berisi cadangan makanan. Sedangkan buah yang yang sebenarnya adalah terletak diujung bagian yang membesar itu (metenya). Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.
- kelopak bunga, pada buah ciplukan (physalis minima L.). pada prosesnya buah ini berkembang akan tetapi kelopak bunga pada buah ciplukan termodifikasi sedemikian rupa sehingga bagian kelopak itu melebar dan membungkus bagian buah ciplukan sehingga buah yang sebenarnya tertutupi oleh kelopakmelebartadi.
c). Buah semu ganda
Buah semu ganda yaitu, jika pada suatu bunga terdapat lebih dari pada satu bakal buah yang bebas satu sama lain, dan kemudian masing – masing dapat tumbuh menjadi buah, tetapi disamping itu ada bagian lain pada bunga tadi yang ikut tumbuh dan merupakan bagian buah yang menarik perhatian (dan seringkali berguna). Misalnya buah arbe (Fragraria vesca L.). pada prosesnya bakal buah yang banyak dan bebas satu sama lain tadi akan tumbuh dan berkembang, akan tetapi bagian bunga ( dasar bunga) pada buah arbe ikut tumbuh dan membesar serta berdaging tebal dan bagian tebal itu berisi cadangan makanan. Sedangkan buah yang yang sebenarnya adalah yang tampak seperti titik – titik hitam kecil
d).Buah semu majemuk
Buah semu majemuk yaitu, buah semu yang terjadi dari bunga majemuk, tetapi seluruhnya dari luar tampak seperti satu buah saja misalnya buah nangka (Artocharpus Integra Merr.), yang terjadi dari ibu tangkai bunga yang tebal dan berdaging, beserta daun tenda bunga pada ujungnya berlekatan satu sama lain, sehingga merupakan kulit buah semu ini.
2.8 Buah Sejati
Buah merupakan hasil penyerbukan antara putik dan benang sari yang terdapat pada bunga, sehingga pada buah sering ditemukan struktur bunga, yaitu tangkai bunga dan kelopak bunga. Buah dapat dibedakan menjadi buah sejati dan buah semu. Buah sejati adalah buah yang sesungguhnya, yang dapat dibagi-bagi lagi menjadi buah sejati tunggal, buah sejati ganda dan buah sejati majemuk. Sedangkan buah semu dibedakan lagi menjadi buah semu tunngal, buah semu ganda dan buah semu majemuk.
Berdasarkan jumlah bakal buah pembentuknya, buah sejati dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu buah sejati tunggal, buah sejati ganda, dan buah sejati majemuk. Buah sejati tunggal merupakan buah sejati yang berasal dari satu bunga dengan satu bakal buah saja. Dalam satu bakal buah tersebut terdapat satu daun buah atau lebih, dengan satu atau beberapa ruangan.
Contoh buah sejati tunggal adalah buah mangga, yang terdiri dari satu ruang dan satu biji. Contoh lainya adalah buah papaya, yang memiliki beberapa daun buah, dengan satu ruangan dan bayak biji. Selain mangga dan papaya, ada juga buah durian, dengan bebrapa daun buah dan beberapa ruangan. Dalam setiap ruangan terdapat beberapa biji.
Buah sejati tunggal dapat dibedakan menjadi buah sejati tunggal yang kering dan buah sejati tunggal yang berdaging. Buah sejati tunggal yang kering adalah buah yang bagian luarnya keras dan mengayu. Sedangkan buah sejati tunggal yang berdaging adalah buah yang dinding buahnya menjadi tebal danberdaging.
- Buah sejati tunggal Kering (Siccus)
Buah jenis ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu buah dengan satu biji dan buah ddengan banyak biji. Buah dengan satu biji dapat dibedakan lagi menjadi empat jenis. Yaitu buah padi (caryopsis), buah kurung (archenium), buah keras (nux), dan buah keras bersayap (samara). Sedangkan buah dengan banyak biji dibedakan lagi menjadi buah berbelah (schizocarpium), buah kendaga (rhegma), dan buah kotak. Buah berbelah adalah buah yang mempunyai dua ruang atau lebih. Pada setiap ruang terdapat satu biji. Jika masak, buah pecah sesuai dengan jumlah rang, tetapi biji tidak dapat keluar.
Buah berbelah dibedakan atas berbelah dua, berbelah tiga, berbelah emapt dan berbelah banyak. Pada buah berbelah dua (diachenium), bila masak buah akan terbagi menjadi tiga bagian. Contohnya buah Tropaeolum majus. Pada buah berbelah empat, bila masak buah akan terbagi menjadi empat bagian. Contohnya buah selasih (Ocimum sp.) pada buah berbelah banyak, bila pecah buah akan terbagi menjadi banyak buah kurung.
Buah kendaga (rhegma) memilki sifat seperti buah berbelah, namun setiap bagian buah yang terbelah pecah sehingga buji buah dapat keluar dari ruangan buah. Setiap bagian buah terbentuk dari sehelai daun buah, jadi buah ini tersusun atas sejumlah ruangna yang terbentuk.
- Buah sejati Tunggal Berdaging (Cornasus)
Buah jenis ini yaitu buah yang dinding nuahnya (pericarpium) menjadi tebal dan berdaging. Dinding buah dibedakan menjadi tiga bagian, yairu kulit luar yang disebut exocarpium yang memilki struktur tipis, kuat, kaku, dan permukaanya licin. Bagian kedua merupakan kulit tengah yang disebut mesocarpium . strukturnya tebal, berdaging, dan berserabut. Biasanya memilki rasa yang lezat sehingga dapat dimakan. Karena itulah kulit tengah disebut sebagai daging buah (sarocarpium). Struktur kulit dalam tebal dan keras. Kulit dalam berbatasab langsung dengan biji.
Buah sejati tunggal berdaging terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu buah buni, buah mentimun, buah jeruk, buah batu, buah delima, dan buah apel.
- Buah Sejati Ganda
Buah sejati ganda merupakan buah yang terdiri dari satu bunga dengan banyak bakal buah yang masing-masing bebas dan kemudian tumbu menjadi buah sejati yang terkumpul dalam satu tangkai buah. Menurut sifat masing-masing buah yang berkumpul, buah sejati ganda dapat dibedakan menjadi buah kurung ganda, buah batu ganda, buah bumbung ganda, dan bauha buni ganda.
Buah kurung ganda adalah buah berbentuk periuk dengan banyak buah kurung di dalmnya, seperti yang terdapat pada mawar. Buah batu ganda berasal dari bunga yang mempunyai banyak bakal buah yang masing-masing tumbuh menjadi buah batu, seperti pada buah rasberi (Rubus sp.). buah bumbung ganda berasal dari bunga dengan beberapa bakal buah yang tumbub menjadi bumbung, seperti pada cempaka. Sedangkan buah buni ganda berasal dari beberapa bakal buah yang masing-masing tumbuh menjadi buah buni, misalnya srikaya (Anonna squamosa)
- Buah Sejati Majemuk
Buah ini berasal dari hasil perkembangan bunga majemuk. Dengan demikian buah ini berasal dari banyak bunga dan banyaj bakal buah, yang tumbuh seakan-akan menjadi satu buah saja. Buah sejati majemuk terdiri dari banyak jenis, yaitu buah padi majemuk, misalnya pada jagung . tongkol jagung sebetulnya berisi deretan buah-buah jagung, bukan biji jagung.
Selain itu ada juga buah kurung majemuk, misalnya buah pada bunga matahari (Helianthus annuus). Ada juga buah buni majemuk, misalnya pada buah nanas (Ananas sativus). Jenis buah terakhir adalah buah batu majemuk, misalnya pada buah pandan (Pandanus tectoris)
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
a.Struktur Morpologi Buah
1) Monokotil : Keras, licin, bulat, dan mempunyai warna hijau & kuning. Contoh, buah kelapa.
2) Dikotil : Tidak keras, licin, lonjong, dan mempunyai warna hijau & kuning. Contoh, buah mangga.
- Struktur Anatomi Buah
1) Monokotil : Epikarp, mesocarp, dan endokarp.
2) Dikotil : Epikarp, mesocarp, dan endokarp.
Biji merupakan struktur yang efisien untuk perkembangbiakan dan perbanyakan. Biji berasal dari bakal biji yang berkembang setelah mengalamipembuahan. Ada beberapa macam tipe bakal biji, yaitu orthotropous bila mikropil terletak di bagian atas, sedangkan hilumnya di bagian bawah; amphitropous, yaitu bakal biji yang tangkai bijinya membengkok sehingga ujung bakal biji dan tangkai dasarnya berdekatan satu sama lain. Anatropous, yaitu bakal biji yang mempunyai mikropil membengkok sekitar 180o, dan campylotropous, yaitu bakal biji yang membengkok 90o sehingga tali pusar tampak melekat pada bagian samping bakal biji.
anti mikroba
Pos blog pertama
Ini adalah pos pertama Anda. Klik tautan Sunting untuk mengubah atau menghapusnya, atau mulai pos baru. Jika ingin, Anda dapat menggunakan pos ini untuk menjelaskan kepada pembaca mengenai alasan Anda memulai blog ini dan rencana Anda dengan blog ini. Jika Anda membutuhkan bantuan, bertanyalah kepada orang-orang yang ramah di forum dukungan.