Kategori: Tak Berkategori
Lumut
- Definisi Lumut
Lumut merupakan kelompok tumbuhan nonvaskuler yang hidup di tempat-tempat lembab. James D. Mauseth (1998, h. 612) mengatakan bahwa tumbuhan nonvaskuler tidak tersusun dari filamen seperti kebanyakan alga, tetapi terdiri dari jaringan parenkim yang berasal dari meristem. Selanjutnya James Schooley (1997, h. 221) menambahkan bahwa tumbuhan lumut memiliki rizoid, tidak memiliki jaringan pengangkut seperi xilem dan floem, dan dapat menyerap air dari udara.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijabarkan bahwa lumut adalah kelompok tumbuhan tingkat rendah yang pada umumnya tidak memiliki berkas pembuluh angkut (nonvaskuler), tubuh terdiri dari jaringan parenkim dan memiliki rizoid sebagai akar semu.
Tumbuhan lumut mengalami pergiliran generasi gametofit dan sporofit. Neil A. Campbell dkk (2012, h. 172-173) menjelaskan bahwa:
“Gametofit merupakan tahap siklus hidup yang dominan, mereka lebih besar dan hidup lebih lama daripada sporofit, sporofit biasanya muncul hanya sebentar. Ketika spora briofit tersebar ke habitat yang menguntungkan, seperti tanah atau kulit kayu yang lembap, mereka dapat bergerminasi dan tumbuh menjadi gametofit…Gametofit- gametofit dewasa membentuk gametangia yang menghasilkan gamet- gamet dan gametofit-gametofit tersebut dilapisi oleh jaringan pelindung…Sporofit tetap melekat pada gametofit induk dan menyerap gula, asam amino, mineral, dan air dari sang induk.”
10
Gambar 2.1 Siklus Hidup Lumut Daun
Sumber : http://1.bp.blogspot.com/NdA1GyIZGgg/UOAiHNfBAfI/ AAAAAAAAIlU/qlAzvgnJ0Fc/s1600/Siklus-hidup-lumut-daun.jpg
1. Klasifikasi Tumbuhan Lumut
- Divisio Bryophyta
Kelompok tumbuhan lumut yang termasuk ke dalam diviso Bryophyta adalah yang paling banyak ditemukan di dunia. Hal ini selaras dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Budi Suhono (2012, h. 69) bahwasanya:
“Divisio ini memiliki sekitar 8000 jenis lumut yang banyak tersebar di
seluruh dunia terutama di daerah tropis. Jenis-jenis ini tumbuh di atas tanah,
batu, kayu-kayu lapuk, batang pepohonan dan tembok-tembok semen di tepian
saluran-saluran irigasi serta di cadas-cadas di sekitar air terjun atau tepian
sungai dan danau.
Kelompok tumbuhan lumut ini memiliki ciri tersendiri yang dapat dibedakan dengan tumbuhan lumut dari divisio Marchantiophyta dan Anthocerotophyta. Selanjutnya Neil A. Campbell, dkk (2012, h. 174) menambahkan:
“Gametofit lumut daun, dengan tinggi yang berkisar kurang dari 1 mm hingga lebih dari 2 m, biasanya memiliki tinggi kurang dari 15 cm pada kebanyakan spesies… Helai-helai „daun‟ biasanya hanya setebal satu sel, namun „dedaunan‟ yang lebih kompleks dengan tepian yang dilapisi oleh kutikula dapat ditemukan pada lumut daun tudung- berambut-biasa (Polytrichum) dan kerabat-kerabat dekatnya. Sporofit lumut daun biasanya memanjang dan dapat dilihat dengan mata telanjang, dengan tinggi hingga sekitar 20 cm.
Menurut Budi Suhono (2012, h. 69) Diviso Bryophyta terdiri atas 8 kelas yaitu: Takakiopsida, Sphagnopsida, Andreaeopsida, Andreaeobryopsida, Oedipodiopsida, Polytrichopsida, Tetrahidopsida, dan Bryopsida.
1) Kelas Sphagnopsida
Sphagnopsida memiliki satu bangsa yaitu Sphagnales dan satu suku yaitu Sphagniaceae. Suku Sphagniaceae hanya terdiri dari satu marga yaitu Sphagnum. Budi Suhono (2012, h. 70) menjelaskan bahwa :
“Morfologi lumut dari marga ini memiliki talus yang tumbuh merayap atau
tegak dengan percabangan yang tidak terlalu banyak. Percabangan terbentuk di
pangkal talus atau ujung talus. Daun berbentuk
lanset dengan warna hijau. Ujung daun lancip dengan letak daun melingkari
batang. Tumbuh dalam populasi besar. Bila mengalami kekeringan daun menjadi
putih kekuningan.
Menurut Budi Suhono (2012, h. 70) “Marga Sphagnum terdiri atas 151-350 spesies dengan penyebaran di Asia, Eropa, Amerika, serta Selandia Baru dan Kaledonia baru.” Selanjutnya Arthur Cronquist (1982,
h. 283); Neil A. Campbell dkk (2012, h. 175) mengatakan bahwa Sphagnum umumnya hidup di tempat lembab atau tempat basah beriklim dingin dan sering membentuk rawa gambut yang luas dengan endapan zat organik ekstensif yang sebagian terurai menjadi material organik. Contoh dari marga ini adalah Sphagnum gedeanum (endemik curug cibeureum, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango).
2) Kelas Polytrichopsida
Kelas Polytrichopsida hanya terdiri dari
satu bangsa, yaitu Polytrichales yang hanya memiliki satu suku yaitu
Polytrichaceae. Budi Suhono (2012, h. 75)
mengatakan bahwa spesies yang termasuk ke dalam kelas ini memiliki talus yang
jelas dengan daun-daun yang tumbuh melingkar berwarna hijau dengan bentuk
lanset, menjarum, seperti pita tipis dengan ujung runcing. Selanjutnya Neil A. Campbell dkk (2012, h. 174);
James D. Mauseth (1998, h. 616)
mengatakan bahwa lumut daun- tudung-berambut biasa (Polytrichum) memiliki „dedaunan‟ yang lebih kompleks dengan tepian yang dilapisi oleh kutikula, dan
tidak terdapat stomata pada „dedaunan‟ lumut
daun karena hanya terdiri dari satu lapis
sel (unistratose).
3) Kelas Bryopsida
Kelompok tumbuhan lumut yang termasuk ke dalam kelas ini sangat melimpah. Budi Suhono (2012, h. 80) mengatakan bahwa jumlah spesies dari kelas ini mencapai 11.500 dengan penyebaran di seluruh dunia. Tumbuhan dalam kelas ini bereproduksi dengan kapsul spora yang memiliki gigi berbuku disebut arthrodontus. Kelas Bryopsida terdiri dari bangsa Bartramiales (suku Bartramiaceae), Bryales (suku Bryaceae, Mniaceae, dan Racopilaceae), Orthotrichales (suku Orthotrichaceae, Rhizogoniales (suku Rhizogoniaceae), Hookeriales (suku Hypopterygiaceae), Hypnales (suku Cryphaeaceae, Hypnaceae, Meteoriaceae, Neckeraceae, Pterigynandraceae, Pterobryaceae, Sematophyllaceae, dan Thuidiaceae), Hypnodendrales (suku Hypnodendraceae), Ptychomniales (suku Ptychomniaceae), Dicranales (suku Dicranaceae, Fissidentaceae, dan Leucobryaceae).
a) Bangsa Bartramiales
- Suku Bartramiaceae
Budi Suhono (2012, h. 80) mengatakan
bahwa lumut dalam suku ini memiliki talus yang tumbuh merayap dan tegak dengan
panjang talus 0,3- 15 cm, daun berbentuk jarum atau lanset atau lanset meruncing
hingga memanjang, daun berwarna hijau dan memiliki tulang daun dibagian tengah,
kapsul spora ada yang mempunyai peristom dengan jumlah satu atau dua, semua
peristom memiliki 16 gigi dengan bagian atas bersatu atau
terlepas, peristom ada yang berlubang ada juga yang rapat, dan ada pula yang tidak memiliki peristom.
(2) Suku Mniaceae
Budi Suhono (2012, h. 90) mengatakan bahwa suku Mniaceae memiliki daun berwarna hijau dengan bentuk lanset atau lanset linier hingga lonjong dengan ujung meruncing atau membulat, tulang daun halus, kapsul spora berbentuk silindris dengan peristom ganda dan kaliptranya berupa tudung, spesies ini terdiri atas 13 marga yang tersebar di seluruh dunia terutama di daerah tropis dan subtropis mencakup Amerika Utara, Kanada, Eropa, Asia (Jepang, Cina, Taiwan, Indonesia), dan Australia.
(3) Suku Racopilaceae
Budi Suhono (2012, h. 93) mengatakan
bahwa lumut yang termasuk dalam suku ini adalah lumut dengan talus pipih yang
tumbuh merayap, percabangan pada talus pendek dan rapat, daun dimorfik dalam 4
baris dan berbentuk lonjong atau membulat, memiliki satu tulang daun, sel daun
berbentuk membulat atau segienam, kapsul spora berbentuk silinder dan membulat
dengan letak merunduk, peristom kapsul spora berjumlah ganda, seta memiliki
tinggi sekitar 2 cm, spora berukuran 13-15 µm.
b) Bangsa Orthotrichales
(1) Suku Orthotrichaceae
Budi Suhono (2012, h. 95) mengatakan bahwa suku ini terdiri atas 33 marga dengan 421 jenis yang tersebar dihampir seluruh dunia, morfologinya berupa lumut dengan talus tumbuh tegak atau merayap hingga merunduk, daun bulat atau lonjong berwarna hijau atau hijau kekuningan dengan bentuk mengeriting, panjang seta sekitar 1,2 – 2 cm dengan permukaan halus, kaliptra berukuran besar dan berambut atau gundul dengan bentuk tudung jarang berbentuk bulat.
c) Bangsa Rhizogoniales
(1) Suku Rhizogoniaceae
Budi Suhono (2012, h. 99) mengatakan bahwa lumut dalam suku ini memiliki talus tegak
atau merunduk hingga merayap, daun umumnya berukuran kecil dengan bentuk lanset atau jarum, letak daun melingkari
talus, kapsul spora berbentuk silinder dengan kaliptra berupa tudung yang memiliki paruh panjang, spora
berpilin dan berbintil halus, suku ini terdiri atas 5 marga dengan 20 jenis lumut yang tersebar di Amerika,
Afrika, Asia, dan Australia.
d) Bangsa Hookeriales
(1) Suku Hypopterygiaceae
Budi Suhono (2012, h. 101) mengatakan bahwa lumut dari suku ini memiliki talus berwarna hijau kecokelatan, talus pertama kuat terkadang merayap atau membentuk populasi yang besar, talus kedua dapat membentuk seperti pohon dengan percabangan yang rimbun dan banyak, daun dimorfik, daun dorsal atau lateral lebih besar dari daun ventral, daun tumbuh dalam dua baris, bentuk daun bulat telur atau lonjong hingga berbentuk lidah, terkadang dibatasi oleh sel-sel yang berbeda, tepi daun bergerigi atau bercangap atau bertakik, tulang daun tunggal, sel pada lembaran daun mengandung kloroplas dan berbentuk belah ketupat sampai segienam, suku ini terdiri atas 8 marga yang meliputi 107 spesies lumut.
e) Bangsa Hypnales
- Suku Cryphaeaceae
Budi Suhono (2012, h. 104) mengatakan
bahwa lumut dari suku ini memiliki talus yang umumnya tumbuh merayap dengan
panjang 3-10 cm, kapsul spora bertangkai pendek dan kapsul berbentuk lonjong,
kaliptra semi tudung, spora berpilin dengan permukaan yang bergranula atau
berbintl kecil, terkadang juga spora memiliki permukaan halus, terdapat sekitar
70 spesies yang termasuk ke dalam suku ini.
(2) Suku Hypnaceae
Budi Suhono (2012, h. 104) mengatakan bahwa suku ini terdiri atas 65 marga lumut yang tersebar di seluruh dunia, spesies tersebut tumbuh di bebatuan, kayu lapuk, batang pohon, dan tanah berhumus yang sejuk dan lembab.
(3) Suku Meteoriaceae
Budi Suhono (2012, h. 114) mengatakan bahwa lumut yang termasuk ke dalam suku ini memiliki talus tunggal atau berkelompok, percabangan banyak terjadi dibagian pangkal talus, daun berwarna hijau, sel lembaran daun berbentuk garis atau belah ketupat, panjang seta 0,1 – 3 cm, kapsul spora berbentuk lonjong dan silindris terkadang membulat, kapsul spora tegak atau merunduk, kaliptra gundul atau berambut, suku ini terdiri atas 25 marga dengan penyebaran di seluruh dunia terutama dibagian selatan.
(4) Suku Neckeraceae
Budi Suhono (2012, h. 127) mengatakan bahwa lumut dalam suku ini memiliki talus utama
berbentuk tegak merayap dan menggelantung, terkadang terdapat percabangan di
sisi lateral talus, daun berbentuk lonjong atau lonjong agak bulat atau lonjong
dengan sedikit segitiga, sementara itu pada percabangan berbentuk lanset atau
membulat atau memanjang dengan pangkal membulat atau lancip, ujung daun membulat atau lancip, tepi daun
rata atau bergerigi atau bertakik, seta berukuran
pendek dengan kapsul spora lonjong atau silindris dengan posisi tegak atau merunduk dan memiliki permukaan halus, operkulum pendek, peristom ganda dengan 16 gigi pada bagian luar serta permukaan berbinil atau halus, kaliptra berupa tudung dengan permukaan halu dan tak berambut, spora berpilin biasanya permukaannya berbintil, suku ini terdiri atas 33 marga yang meliputi sekitar 300 spesies dengan penyebaran meliputi Asia Tenggara (Indonesia), Australia, Afrika, Kaledonia Baru, dan Amerika.
(5) Suku Pterobryaceae
Budi Suhono (2012, h. 135) mengatakan bahwa morfologi lumut
dari suku ini memiliki panjang 0,2 – 6 cm, talus
tumbuh merayap atau berdiri, pada talus tumbuh daun dengan bentuk tunggal, daun
tumbuh mengelilingi talus atau talus bercabang dengan daun-daun yang tumbuh
seolah-olah mirip daun majemuk, daun berwarna hijau dengan ukuran kecil yaitu
1-4 mm atau 1-2 mm, bentuk daun ada
yang mirip sisik atau lonjong dengan ujung lancip atau membulat dengan ujung
tumpul atau agak seperti garis, lembaran daun bergelombang, tulang daun tunggal
atau ganda dengan panjang hanya setengah lembaran daun atau sampai ke ujung,
tangkai kapsul spora berwarna cokelat kemerahan dengan panjang 3-12 mm, kapsul
spora berwarna cokelat kemerahan dengan bentuk silindris atau agak membulat,
kaliptra berbentuk tudung, suku ini terdiri atas 16-25 marga dengan penyebaran
di seluruh dunia.
(6) Suku Sematophyllaceae
Budi Suhono (2012, h. 143) mengatakan bahwa lumut dalam suku ini memiliki daun berbentuk lanset atau membulat hingga lonjong dengan ujung lancip atau tumpul, tepi daun ada yang bergelombang atau bertakik hingga bergerigi, urat daun tidak ada atau dalam jumlah ganda hingga tunggal, sel pada lembaran daun membulat atau berbentuk belah ketupat atau garis, kapsul spora berbentuk bulat telur atau lonjong dengan permukaan halus dan tidak berambut, kapsul spora merunduk atau merunduk horizontal, kaliptra simetris dengan satu sisi terpotong, suku ini terdiri atas 54 marga yang tersebar di daerah tropis dan subtropis.
(7) Suku Thuidiaceae
Budi Suhono (2012, h. 151) mengatakan
bahwa lumut dalam suku ini memiliki talus tegak atau merayap, daun memiliki
urat daun ganda atau tunggal, kaliptra berbentuk simetris yang terpotong di
salah satu bagian, kapsul memiliki peristom ganda, tangkai kapsul spora panjang
dan berwarna kemerahan, kapsul spora memiliki anulus, suku ini terdiri atas 30
marga dengan 304 spesies yang tersebar di seluruh dunia kecuali di daerah
ekstrem di Antartika dan Arktika.
f) Bangsa Hypnodendrales
(1) Suku Hypnodendraceae
Budi Suhono (2012, h. 155) mengatakan bahwa lumut dalam suku ini memiliki daun berbentuk lonjong atau lonjong membulat atau lonjong dengan sedikit berbentuk segitiga, tulang daun kaku dan kuat, terkadang juga berduri pada bagian bawah atau di ujung daun, bentuk sel berupa garis dengan sel alar yang terkadang terdiferensiasi, tepi daun ada yang bergerigi atau bertakik atau rata, kapsul spora berbentuk lonjong dengan posisi tegak atau merunduk atau menggantung, tangkai kapsul spora berwarna kemerahan dengan permukaan halus, operkulum tampak mirip tudung dengan paruh dan terdapat peristom ganda, kaliptra berbentuk tudung serta berpermukaan halus tidak berambut, suku ini terdiri atas 8 marga yang memiliki penyebaran di daerah tropis dan subtropis khususnya dibagian selatan.
g) Bangsa Dicranales
- Suku Dicranaceae
Budi Suhono (2012, h. 163) mengatakan
bahwa lumut yang termasuk ke dalam suku ini memiliki talus yang tumbuh tegak
atau tumbuh sederhana dengan 2 percabangan atau terkadang keluar percabangan
secara acak, daun berbentuk lonjong atau lanset atau bulat telur hingga
menjarum dengan ujung runcing, daun tumbuh melingkari talus, tulang daun
tunggal dan kaku, tangkai spora berupa batang melengkung atau meliuk dan
tumbuh tegak, kapsul spora berbentuk lonjong atau membulat atau silindris ramping atau sedikit meliuk, permukaan kapsul spora halus atau bergerigi atau berbintil kasar, operkulum berbentuk tudung, peristom biasanya memiliki 16 gigi berbentuk lanset, kaliptra berupa tudung dengan permukaan halus tak berambut, spora umumnya berulir dengan permukaan yang halus atau berpapila, suku ini terdiri atas 41 marga dengan penyebaran di seluruh dunia.
(2) Suku Fissidentaceae
Budi Suhono (2012, h. 173) mengatakan bahwa spesies lumut yang masuk dalam suku ini memiliki sosok kecil tetapi adapula yang tumbuh rimbun, talus tumbuh tegak atau merambat hingga agak merunduk, letak daun bersebrangan atau melingkari talusnya, terkadang talus ditumbuhi oleh dua deret daun, tulang daun tunggal, suku ini memiliki sekitar 578 spesies lumut yang tumbuh di batuan, tanah, atau batang pepohonan.
(3) Suku Leucobryaceae
Budi Suhono (2012, h. 177) mengatakan bahwa lumut dalam suku ini memiliki daun berupa
lembaran tebal dengan tulang daun memanjang sampai ujung, tulang daun terdiri
atas 2 jaringan, daun berbentuk lanset atau
agak menggaris yang tumbuh dari bagian bawah talus, spora berbentuk berpilin,
tangkai kapsul spora (seta) lurus dan tumbuh dari
terminal talus, kapsul spora tegak atau merunduk
dengan bentuk simetris
atau asimetris, operkulum berparuh panjang, terkadang terdapat anulus, peristom bergigi 8-16 atau terbagi setengah dari panjangnya, kaliptra berbentuk tudung dengan permukaan halus, suku ini terdiri atas 13 marga dengan penyebaran di seluruh dunia, terdapat sekitar 155 spesies lumut.
b. Divisio Marchantiophyta
Marchantiophyta (liverworts) merupakan kelompok tumbuhan lumut yang pada umumnya memiliki bentuk tubuh seperti hati. Schooley (1997,
h. 221) mengatakan bahwa gametofit terdiri dati talus yang bercabang dengan lebar 2 cm dan panjang 4-6 cm, fase sporofit berukuran mikroskopis.
1) Kelas Haplomitriopsida
Kelas Haplomitriopsida memiliki satu
bangsa yaitu Haplomitriales (suku: Haplomitriacea). Budi Suhono (2012, h. 30)
mengatakan bahwa kelas lumut Haplomitriopsida baru dikenal dan merupakan
kelompok monofiletik berdasarkan analisis kladistik dari inti sel, mitkondria,
dan gen plastidnya. Terdiri atas 3 marga dengan 15 spesies lumut yang tersebar
di daerah tropis dan subtropis di bumu belahan selatan. Contoh spesies: Haplomitrium mniodes.
2) Kelas Jungermanniaopsida
Tumbuhan lumut yang masuk kedalam kelas ini terdiri dari dua bangsa yaitu Metzgeriales dan Jungermaniales. Budi Suhono (2012, h. 35) mengataka bahwa spesies dikelas ini berupa lumut hati dengan talus sederhana.
Bangsa Metzgeriales terdiri dari beberapa suku diantaranya, Allisoniaceae, Aneuraceae, Calyculariaceae, Fossombroniaceae, Hymenophytaceae, Makinoaceae, Metzgeriaceae, Mizutaniacea, Moerckiaceae, Pallaviciniaceae, Pelliaceae, Petalophyllaceae, dan Sandeothallaceae. Sedangkan bangsa Jungermanniales terdiri atas suku Balantiopsidaceae, Geocalycaceae, Jungermanniaceae, Lejeuneaceae, Lepidoziaceae, Lophocoleaceae, Plagiochilaceae, dan Trichocoleaceae.
a) Bangsa Metzgeriales
(1) Suku Pallaviciniaceae
Budi Suhono (2012, h. 39) mengatakan
bahwa suku ini terdiri atas 8 marga yang memiliki penyebaran di seluruh dunia
kecuali Antartika, spesies dalam suku ini memiliki talus sederhana, talus
memiliki urat dibagian tengah yang tebal dengan warna gelap, spesies lumut hati
yang termasuk ke dalam suku ini melimpah di benua Asia dan Australia.
b) Bangsa Jungermanniales
- Suku Jungermanniaceae
Budi Suhono (2012, h. 44) mengatakan bahwa suku ini terdiri atas 5 marga yang tersebar di daerah beriklim sedang, sebagian kecil tumbuh di daerah tropis, talus tumbuh membulat dan silindris yang ditumbuhi oleh 2 atau 3 baris daun dengan lembaran tipis berwarna hijau, daun tumbuh merunduk atau merebah, lembaran daun tidak berlubang dan tumbuh secara penuh sepanjang talus, percabangan terjadi pada talus bagian atas dan tidak bercabang pada bagian bawah, rizoid tersebar merata di sepanjang talus.
(2) Suku Lejeuneaceae
Budi Suhono (2012, h. 46) mengatakan bahwa lumut hati yang termasuk ke dalam suku ini tersebar di seluruh dunia, terdiri atas 94 marga dan memiliki sekitar 1600 spesies, kelompok lumut hati yang merupakan anggota terbanyak di dalam divisi Marchantiophyta, lumut hati ini memiliki daun-daun kecil yang tumbuh berderet di sisi kiri dan kanan talus.
(3) Suku Plagiochilaceae
Budi Suhono (2012, h. 53) mengatakan bahwa suku ini memiliki
talus berupa batang dengan bentuk membulat dan silindris, ujung daun bertakik, spesies
dari suku ini banyak ditemukan di atas tanah, batuan, batang
pohon, dan di daerah lembab lainnya, suku ini terdiri atas 10 marga dengan penyebaran di seluruh dunia.
3) Kelas Marchantiopsida
Kelas Marchantiopsida terdiri atas tiga bangsa yaitu Blasiales, Marchantiales, dan Sphaerocharpales. Budi Suhono (2012, h. 56) mengatakan bahwa bangsa Blasiales awalnya masuk ke dalam bangsa Metzgeriales tapi berdasarkan penelitian berdasarkan analisis kladistik dengan sekuen DNA kemudian dipisahkan. Bangsa Marchantiales terdiri atas spesies lumut hati dengan talus yang kompleks umumnya talus berupa lembaran. Bangsa Sphaerocarpales dikenal juga sebagai lumut hati botol, spesies lumut ini tidak memiliki sel elater, tangkai seta pendek, serta ada selubung pada anteria dan arkegonia.
Bangsa Blasiales hanya terdiri dari satu suku yaitu Blasiaceae, bangsa Sphaerocarpales terdiri dari suku Sphaerocarpaceae, Riellaceae, dan Naiaditaceae. Bangsa Marchantiales terdiri dari suku Marchantiaceae, Ricciaceae, dan Wiesnerellaceae.
c. Divisio Anthocerotophyta
Anthocerotophyta merupakan kelompok
tumbuhan lumut yang memiliki sporofit memanjang dengan ujung runcing. Neil A.
Campbell, dkk (2012, h. 174) mengatakan bahwa sporofit biasanya
dapat tumbuh setinggi 5 cm, tidak
memiliki seta dan hanya terdiri atas sporangium.
Sedangkan gametofit biasanya berdiameter 1-2 cm tumbuh secara horizontal dan seringkali dilekati oleh sporofit majemuk.
1) Kelas Leiosporocerotopsida
Kelas Leiosporocerotopsida hanya terdiri atas satu suku yaitu Leiosporocerotales (suku Leiosporocerotaceae). Contoh spesies Leiosporoceros dussii.
2) Kelas Anthocerotopsida
Kelas Anthocerotopsida terdiri dari 4 bangsa yaitu Anthocerotales (suku Anthocerotaceae), Dendrocerotales (Dendrocerotaceae), Notothyladales (suku Notothyladaceae), dan Phymatocerotales (suku Phymatocerotaceae). Budi Suhono (2012, h. 4) mengatakan bahwa seluruh spesies lumut tanduk yang termasuk ke dalam kelas ini umum ditemui di tanah lapang. Spesies dari kelas ini memiliki spora yang segiempat, dan beberapa di antaranya terdapat spora berhiasan dan kasar.
Pos blog pertama
Ini adalah pos pertama Anda. Klik tautan Sunting untuk mengubah atau menghapusnya, atau mulai pos baru. Jika ingin, Anda dapat menggunakan pos ini untuk menjelaskan kepada pembaca mengenai alasan Anda memulai blog ini dan rencana Anda dengan blog ini. Jika Anda membutuhkan bantuan, bertanyalah kepada orang-orang yang ramah di forum dukungan.